Rabu, 22 Mei 2013

Single photon emission computed tomography (SPECT)

Single photon emission computed tomography (SPECT)
SPECT membentuk citra transversal distribusi nuklida pemancar sinar x atau gamma dalam pasien. Citra proyeksi planar standar diperoleh dari putaran 180° (umumnya SPECT untuk jantung) dan 360° (untuk SPECT bukan jantung). Umumnya SPECT menggunakan satu atau lebih head/kepala sintilasi kamera yang bergerak mengelilingi pasien.


Dalam tomografi dengan emisi ada 3 keterbatasan fundamental yang harus diperhatikan. Pertama collection effeciency, radiasi gamma dipancarkan ke segala arah lapisan, namun hanya yang masuk ke detektor yang dipakai untuk pencitraan. Oleh karenanya efesiensi sangat terbatas, kecuali bila pasien dapat dikelilingi oleh detektor. Kedua atenuasi radiasi gamma oleh pasien. Penyederhanaan telah dilakukan dengan menjumlahkan pencacahan dari dua detektor yang berhadapan ataupun dari beberapa detektor. Oleh karenanya perlu faktor koreksi. Namun koreksi atenuasi teliti tidak diperlukan dalam SPECT. Ketiga adalah masalah umum dalam kedokteran nuklir, yakni waktu koleksi hanya merupakan fraksi waktu radiasi gamma dipancarkan. Dengan demikian citra dibentuk dengan foton yang sangat terbatas.
Pembentukan citra dilakukan dengan kepala kamera bergerak mengelilingi pasien mengambil data dari berbagai sudut. Pengambilan data dapat secara kontinu (continues acquisition) selama kepala kamera bergerak, ataupun pada saat kepala kamera berhenti pada suatu sudut tertentu (step and shoot acquisition). Bila kepala kamera dapat membentuk citra ideal, maka gerakan kepala kamera dari atas dan bawah pasien secara berbarengan dengan gerakan 180° harusnya telah dapat dipakai untuk rekonstruksi citra transversal.
Atenuation medium (setengah ketebalan pasien) mengurangi foton yang sampai pada head detektor, mengakibatkan blur/kekaburan citra yang dipengaruhi oleh jarak dari kolimator. Untuk mengurangi blur akibat gerakan kepala kamera, pesawat model baru dilengkapi dengan sistem untuk gerakan kamera mengikuti body contouring. 
Untuk brain SPECT, memungkinkan gerakan kepala kamera dengan radius relatif lebih pendek, sehingga resolusi spasial dalam citra menjadi tinggi. Pada pesawat lama, pemeriksaan kepala yang memasukkan base of the brain (pangkal otak) yang harus melewati bahu, mendapatkan kesulitan. Namun pada pesawat modern sudah dapat dilakukan pencitraan kepala/brain dengan memasukkan bahu pasien pada lapangan gerakan kepala kamera.
Dari data piksel citra lapisan transversal dapat dibentuk citra coronal dan sagital. Untuk pencitraan jantung, diperlukan citra oblique dengan arah paralel ataupun tegak lurus sumbu panjang ventrical kiri. Karena anatomi setiap pasien unik, maka sumbu panjang jantung pada monitor harus ditandai terlebih dahulu.
Kolimator yang umum digunakan pada pesawat SPECT adalah kolimator parallel-hole. Namun telah diciptakan pula berbagai kolimator khusus. Sebagai contoh, fan beam kolimator yang merupakan hibrida dari kolimator konvergen dan paralel. Setiap baris piksel pada paralel kolimator arah y sesuai dengan satu slice citra proyeksi. Dengan kolimator konvergen, citra hasil citra akan mempunyai resolusi spasial lebih tinggi dibanding dengan arah kolimator parale-hole.  

Untuk mengurangi keterbatasan SPECT akibat kolimator dan waktu pengambilan data, telah dibuat SPECT yang dilengkapi dengan dua atau tiga kamera sintilasi yang dapat bergerak mengelilingi pasien. Dengan multi kepala kamera dimungkinkan untuk menggunakan kolimator resolusi relatif tinggi pada suatu batas kuantum mottle dalam pencitraan dibanding dengan kepala kamera tunggal.
Kepala kamera dobel saling berhadapan (180°) cocok untuk kepala dan leher, serta seluruh tubuh. Triple head, fixed angle camera bagus untuk head and neck serta tubuh, namun tidak cocok untuk planar seluruh tubuh, karena keterbatasan lebar kristal. Double head, dengan sudut variabel sudut lebih serba guna, dapat untuk pencitraan head and neck, whole body planar dengan konfigurasi 180°, serta untuk jantung dengan konfigurasi 90°. Bila dua kamera pada posisi 90°, keduanya tidak dapat dekat pasien tanpa sebagian tubuh pasien berada di luar FOV. Oleh karenanya diciptakan SPECT yang dilengkapi dengan kepala kamera dengan konfigurasi saling membentuk sudut 76°.
Positron Emission Tomography (PET)
PET membentuk citra distribusi nuklida pemancar positron dalam tubuh. Pada PET scanner beberapa barisan lingkar detektor mengelilingi pasien. Pencitraan menggunakan annihilation coincidence detection (ACD) sebagai pengganti kolimator untuk memperoleh proyeksi distribusi aktivitas dalam tubuh. Sistem komputer merekonstruksi citra tranversal dari data proyeksi. PET modern merupakan pesawat multislice, dapat mengambil citra sebanyak 45 slice sepanjang 16 cm. Meskipun berbagai radiofarmaka pemancar positron yang dapat digunakan dalam pemeriksaan dengan PET, namun yang umum dipakai saat ini adalah 18 fluorodeoxyglucose (FDG), glukosa yang dapat untuk membedakan neoplasma malignant dan jaringan jinak, staging neoplasma malignant, dan berbagai aplikasi lainnya.
Pancaran positron mengikuti reaksi inti berikut:
Sebagai contoh unsur 18F yang memancarkan positron,
Positron dengan kinetik energi akan berinteraksi dengan medium sekelilingnya, menghasilkan ionisasi dan eksitasi. Pada saat energinya habis, mendekati diam, positron akan menangkap elektron diam, dan berubah menjadi 2 foton, masing-masing dengan energi 0.511 MeV dengan arah saling berlawanan. Proses demikian dikenal sebagai proses annihilasi. Dalam zat cair ataupun padat sebelum proses annihilasi positron bergerak hanya dalam jarak dekat.
Bila kedua foton hasil anihilasi berinteraksi dengan detektor, maka kedua detektor tentunya akan berada pada satu garis sesuai dengan arah kedua foton. Rangkaian yang dapat mengidentifikasi interaksi dalam waktu bersamaan disebut annihilation coincidence detection (ACD).
A true coincidence merupakan interaksi simultan berasal dari satu transformasi nukklir. A random coincidence yang sering juga disebut accidental atau chance coincidence, menyerupai koinsidens sebenarnya, terjadi pada saat pancaran dari transformasi nuklir berbeda berinteraksi dengan detektor secara simultan. A scatter coincidence terjadi bila satu atau kedua foton dari satu anihilasi dihamburkan, tetapi keduanya terdeteksi. Koinsidens hamburan dan koinsidens sembarang menjadi noise dalam pembentukan citra dan mengurangi kontras citra.

Kristal sintilasi yang digabung dengan PMT (photomultiplier) dipakai sebagai detektor dalam PET. Pada permulaan PET scanner, setiap kristal sintilasi dihubungkan dengan satu PMT, ukuran kristal berkontribusi besar dalam menentukan resolusi spasial citra, sehingga mengurangi ukuran kristal akan menaikkan resolusi, namun menambah jumlah kristal. Desain PET modern menggunakan kristal besar dengan lebih dari satu PMT.
Material sintilasi harus memancarkan cahaya secepatnya agar interaksi koinsidens sebenarnya dapat dibedakan dengan koinsidens sembarang dan mengurangi kehilangan cacahan dalam laju interaksi tinggi akibat dead-time. Selain itu untuk meningkatkan efesiensi, material harus mempunyai koefesien linier atenuasi tinggi untuk foton 0.511 MeV.Saat ini PET umumnya menggunakan kristal bismuth germanate (Bi4Ge3O12) yang sering disingkat sebagai BGO. Output cahaya BGO hanya 12% - 14% dari NaI(Tl), namun densitas dan nomer atom efektif yang lebih tinggi mengakibatkan efesiensi mendeteksi foton 0.51 MeV meningkat. Material sintilasi lain adalah lutetium oxyorthosilicate (Lu2SiO4O) yang disingkat LSO dan gadolinium oxyorthosilicate (Gd2SiO4O) disingkat GSO, dan keduanya diaktivasi dengan cerium. Keduanya menghasilkan cahaya lebih cepat sehingga dapat memiliki kinerja yang lebih baik pada laju interaksi tinggi, mengurangi efek dead time dalam membedakan koinsidens sebenarnya dan sembarang. Sayangnya LSO sedikit mengandung radioisotop (Lu alami mengandung 2.6% Lu 176 yang radioaktif)

Sumber :http://www.babehedi.com/search/label/SPECT-PET 

TEKNIK RADIOGRAFI TMJ

PROYEKSI SEMI AXIAL TRANSCRANIAL
PROSEDUR PEMERIKSAAN

  • Pasien diposisikan supine atau duduk tegak, dengan MSP tubuh tepat pada mid line meja pemeriksaan . Bahu bertumpu sejajar pada bidang transversal dan lengan diletakan disamping tubuh dalamposisi yang nyaman.
  • Kepala diposisikan Lateral, dengan menempatkan :
    • MSP kepala sejajar pada bidang film.
    • Interpupillary Line (IPL) tegak lurus bidang film.
  • Pastikan tidak terjadi perputaran pada objek kepala.
  • Atur CR dengan penyudutan 25 – 30 derajat caudally menuju titik tengah dari TMJ.
  • Atur Central Point pada daerah 2,5 cm anterior dan 5 cm superior MAE yang jauh dari film.
HASIL GAMBAR
  • TMJ yang diperiksa terlihat di anterior dari MAE dipertengahan film
  • Condilus mandibula terlihat berada pada fosa mandibula.
  • TMJ yang tidak diperiksa terproyeksi di bagian anterior dan superior TMJ yang diperiksa.
  • Tampak batas luas lapangan penyinaran sesuai dengan objek yang difoto
  • Tampak Marker R/L di tepi objek yang difoto




 
Sumber :  http://www.babehedi.com/search/label/TEKNIK%20RADIOGRAFI%20TMJ

RADIOLOGI IMEJING

Radiologi adalah cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan studi dan penerapan teknologi pencitraan seperti x-ray dan radiasi untuk mendiagnosa dan mengobati penyakit.
Ahli radiologi langsung melihat, melakukan dan mengekspertise sebuah array dari teknologi pencitraan (seperti USG, computed tomography (CT), kedokteran nuklir, tomografi emisi positron (PET) dan pencitraan resonansi magnetik (MRI)) untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit. Radiologi intervensi adalah kinerja (biasanya minimal invasif) prosedur medis dengan bimbingan teknologi pencitraan. Akuisisi pencitraan medis biasanya dilakukan oleh ahli radiografi atau teknolog radiologis.
Modalitas pencitraan berikut digunakan dalam bidang radiologi diagnostik:

Proyeksi (polos) radiografi

Radiografi (atau Roentgenographs, dinamai penemu sinar-X, Wilhelm Conrad Röntgen) yang diproduksi oleh transmisi X-Rays melalui pasien ke perangkat menangkap kemudian diubah menjadi gambar untuk diagnosis. Pencitraan asli dan masih sering memproduksi film diresapi perak. Dalam Film - Layar radiografi tabung x-ray menghasilkan sinar x-ray yang bertujuan untuk pasien. X-sinar yang melewati pasien disaring untuk mengurangi tersebar dan kebisingan dan kemudian menyerang sebuah film yang belum dikembangkan, memegang erat-erat ke layar fosfor memancarkan cahaya dalam sebuah kaset cahaya-ketat. Film ini kemudian dikembangkan kimia dan gambar muncul di film. Sekarang menggantikan Film radiografi-Screen Digital Radiografi, DR, di mana x-ray mogok sepiring sensor yang kemudian mengubah sinyal yang dihasilkan menjadi informasi digital dan sebuah gambar pada layar komputer.
Radiografi polos adalah modalitas pencitraan hanya tersedia selama 50 tahun pertama radiologi. Hal ini masih studi pertama memerintahkan dalam evaluasi paru-paru, jantung dan tulang karena lebar kecepatan, ketersediaan dan biaya relatif rendah.

Fluoroskopi

Fluoroskopi dan angiografi adalah aplikasi khusus pencitraan X-ray, di mana layar fluorescent dan intensifier gambar tabung dihubungkan ke sistem televisi sirkuit tertutup. Hal ini memungkinkan real-time pencitraan struktur dalam gerakan atau ditambah dengan agen radiocontrast. Agen radiocontrast yang diberikan, sering ditelan atau disuntikkan ke tubuh pasien, untuk menggambarkan anatomi dan fungsi pembuluh darah, sistem Genitourinary atau saluran pencernaan. Dua radiocontrasts saat ini digunakan. Barium (sebagai Baso 4) dapat diberikan secara lisan atau dubur untuk evaluasi dari saluran GI. Yodium, dalam bentuk kepemilikan beberapa, dapat diberikan melalui oral, rektal, rute intraarterial atau intravena. Para agen radiocontrast kuat menyerap atau menyebarkan radiasi sinar-X, dan dalam hubungannya dengan pencitraan real-time memungkinkan demonstrasi proses dinamis, seperti peristaltik di saluran pencernaan atau aliran darah dalam arteri dan vena. Yodium kontras mungkin juga terkonsentrasi di daerah abnormal lebih atau kurang dari pada jaringan normal dan membuat kelainan (tumor, kista, radang) lebih mencolok. Selain itu, dalam keadaan tertentu udara dapat digunakan sebagai agen kontras untuk sistem pencernaan dan karbon dioksida dapat digunakan sebagai agen kontras dalam sistem vena, dalam kasus ini, agen kontras melemahkan radiasi sinar-X kurang dari jaringan sekitarnya .

CT scan

Pencitraan CT menggunakan X-ray dalam hubungannya dengan algoritma komputasi untuk citra tubuh. Dalam CT, sebuah tabung sinar-X menghasilkan berlawanan detektor sinar-X (atau detektor) dalam alat berbentuk cincin berputar di sekitar pasien menghasilkan sebuah komputer yang dihasilkan penampang gambar (tomogram). CT diperoleh pada bidang aksial, sedangkan gambar koronal dan sagital dapat diberikan oleh rekonstruksi komputer. Agen radiocontrast sering digunakan dengan CT untuk deliniasi ditingkatkan anatomi. Meskipun radiografi memberikan resolusi spasial lebih tinggi, CT dapat mendeteksi variasi lebih halus dalam redaman sinar-X. CT menghadapkan pasien untuk radiasi pengion lebih dari sebuah radiograf. Spiral Multi-detektor CT menggunakan detektor 8,16 atau 64 selama terus bergerak pasien melalui berkas radiasi untuk mendapatkan gambar yang lebih halus banyak detail dalam waktu yang lebih pendek ujian. Dengan administrasi yang cepat kontras IV selama CT scan gambar-gambar detail halus dapat direkonstruksi menjadi gambar 3D arteri karotis, otak dan koroner, CTA, CT angiografi. CT scan telah menjadi uji pilihan dalam mendiagnosis beberapa kondisi mendesak dan muncul seperti pendarahan otak, emboli paru (penyumbatan dalam arteri paru-paru), diseksi aorta (robeknya dinding aorta), radang usus buntu, divertikulitis, dan batu ginjal menghalangi . Melanjutkan perbaikan dalam teknologi CT termasuk kali pemindaian lebih cepat dan resolusi ditingkatkan telah secara dramatis meningkatkan keakuratan dan kegunaan CT scan dan akibatnya meningkatkan pemanfaatan dalam diagnosis medis.
Yang komersial pertama CT scanner ditemukan oleh Sir Godfrey Hounsfield di EMI Pusat Penelitian Labs, Inggris pada tahun 1972. EMI memiliki hak distribusi ke The Beatles musik dan itu keuntungan mereka yang mendanai penelitian. Sir Hounsfield dan Alan McLeod McCormick berbagi Penghargaan Nobel untuk Kedokteran pada tahun 1979 untuk penemuan CT scan. CT scanner yang pertama di Amerika Utara dipasang di Klinik Mayo di Rochester, MN pada tahun 1972.

USG

Medis ultrasonografi menggunakan USG (frekuensi tinggi gelombang suara) untuk memvisualisasikan struktur jaringan lunak dalam tubuh secara real time. Tidak ada radiasi pengion yang terlibat, tetapi kualitas gambar yang diperoleh dengan menggunakan USG sangat tergantung pada keterampilan orang (ultrasonographer) melakukan ujian. USG juga dibatasi oleh ketidakmampuan untuk foto melalui udara (paru-paru, usus loop) atau tulang. Penggunaan USG dalam pencitraan medis telah mengembangkan sebagian besar dalam 30 tahun terakhir. Gambar USG pertama statis dan dua dimensi (2D), tapi dengan zaman modern rekonstruksi 3D ultrasonografi dapat diamati secara real-time; efektif menjadi 4D.
Karena USG tidak menggunakan radiasi pengion, tidak seperti radiografi, CT scan, dan teknik kedokteran nuklir imaging, umumnya dianggap lebih aman. Untuk alasan ini, modalitas ini memainkan peran penting dalam pencitraan kandungan. Anatomi perkembangan janin dapat dievaluasi secara menyeluruh memungkinkan diagnosis dini banyak anomali janin. Pertumbuhan dapat dinilai dari waktu ke waktu, penting pada pasien dengan penyakit kronis atau kehamilan akibat penyakit, dan pada kehamilan multipel (kembar, kembar tiga dll). Warna-Flow Doppler USG mengukur keparahan penyakit pembuluh darah perifer dan digunakan oleh Kardiologi untuk evaluasi dinamis jantung, katup jantung dan pembuluh besar. Stenosis dari arteri karotid bisa pertanda infark otak (stroke). DVT pada kaki dapat ditemukan melalui USG sebelum terhalau dan perjalanan ke paru-paru (emboli paru), yang bisa berakibat fatal jika tidak diobati. USG berguna untuk gambar-dipandu intervensi seperti biopsi dan drainase seperti Thoracentesis). Kecil perangkat ultrasound portabel sekarang ganti peritoneal lavage di triage korban trauma dengan langsung menilai keberadaan perdarahan di peritoneum dan integritas jeroan utama termasuk limpa, hati dan ginjal. Hemoperitoneum ekstensif (perdarahan di dalam rongga tubuh) atau cedera pada organ utama mungkin memerlukan eksplorasi bedah muncul dan perbaikan.

MRI (Magnetic Resonance Imaging)

MRI menggunakan medan magnet yang kuat untuk menyelaraskan inti atom (biasanya proton hidrogen) di dalam jaringan tubuh, kemudian menggunakan sinyal radio untuk mengganggu sumbu rotasi inti ini dan mengamati sinyal frekuensi radio yang dihasilkan sebagai inti kembali ke negara awal mereka ditambah semua sekitarnya daerah. Sinyal radio yang dikumpulkan oleh antena kecil, yang disebut gulungan, ditempatkan di dekat daerah tertentu. Keuntungan dari MRI adalah kemampuannya untuk menghasilkan gambar di aksial, koronal, sagital pesawat miring dan beberapa dengan mudah sama. MRI scan memberikan kontras jaringan lunak terbaik dari semua modalitas pencitraan. Dengan kemajuan dalam pemindaian kecepatan dan resolusi spasial, dan perbaikan dalam algoritma 3D komputer dan perangkat keras, MRI telah menjadi alat dalam radiologi muskuloskeletal dan neuroradiology.
Salah satu kelemahan adalah bahwa pasien harus terus diam selama jangka waktu yang lama dalam ruang, bising sempit sedangkan imaging dilakukan. Claustrophobia cukup parah untuk mengakhiri ujian MRI dilaporkan dalam sampai 5% pasien. Perbaikan terbaru dalam desain magnet, termasuk bidang magnet yang lebih kuat (3 teslas), ujian kali memperpendek, lebih luas, membosankan magnet lebih pendek dan desain magnet lebih terbuka, telah membawa beberapa bantuan untuk pasien sesak napas. Namun, dalam kekuatan medan magnet yang sama sering ada trade-off antara kualitas gambar dan desain terbuka. MRI memiliki manfaat besar dalam pencitraan otak, tulang belakang, dan sistem muskuloskeletal. Modalitas saat ini kontraindikasi untuk pasien dengan alat pacu jantung, implan koklea, beberapa pompa obat berdiamnya, jenis tertentu dari klip aneurisma serebral, fragmen logam di mata dan beberapa perangkat keras metalik karena medan magnet kuat dan kuat sinyal radio berfluktuasi tubuh terkena . Wilayah kemajuan potensial termasuk pencitraan fungsional, MRI jantung, serta MR terapi gambar dipandu.

Kedokteran Nuklir

Pencitraan kedokteran nuklir melibatkan administrasi ke pasien radiofarmasi terdiri dari zat dengan afinitas untuk jaringan tubuh tertentu diberi label dengan perunut radioaktif. Para pelacak yang paling umum digunakan adalah Technetium-99m, Yodium-123, Iodine-131, Gallium-67 dan Thallium-201. Jantung, paru-paru, tiroid, hati, kandung empedu, dan tulang umumnya dievaluasi untuk kondisi tertentu menggunakan teknik ini. Sementara detail anatomi terbatas dalam studi ini, kedokteran nuklir ini berguna dalam menampilkan fungsi fisiologis. Fungsi ekskretoris pada ginjal, kemampuan berkonsentrasi yodium dari aliran, tiroid darah ke otot jantung, dll dapat diukur. Perangkat pencitraan utama adalah kamera gamma yang mendeteksi radiasi yang dipancarkan oleh pelacak dalam tubuh dan menampilkannya sebagai gambar. Dengan pemrosesan komputer, informasi yang dapat ditampilkan sebagai aksial, gambar koronal dan sagital (SPECT gambar, tunggal emisi photon computed tomography). Dalam perangkat yang paling modern Kedokteran Nuklir gambar dapat menyatu dengan CT scan diambil kuasi-secara bersamaan sehingga informasi fisiologis dapat dilakukan overlay atau co-terdaftar dengan struktur anatomis untuk meningkatkan akurasi diagnostik.

PET, (positron emission tomography), pemindaian juga berada di bawah "kedokteran nuklir." Dalam PET scan, zat biologis aktif radioaktif, paling sering Fluorin-18 fluorodeoxyglucose, disuntikkan ke pasien dan radiasi yang dipancarkan oleh pasien terdeteksi untuk menghasilkan multi-planar gambar tubuh. Jaringan lebih aktif metabolisme, seperti kanker, zat aktif berkonsentrasi lebih dari jaringan normal. PET gambar dapat dikombinasikan dengan gambar CT untuk meningkatkan akurasi diagnostik.
 
Aplikasi kedokteran nuklir dapat mencakup pemindaian tulang yang secara tradisional memiliki peran yang kuat dalam work-up/staging kanker. Pencitraan perfusi miokard adalah ujian penyaringan sensitif dan spesifik untuk iskemia miokard reversibel. Molekuler Imaging adalah perbatasan yang baru dan menarik dalam bidang ini. 

Rabu, 01 Mei 2013

Apa itu Radiologi?

Radiologi adalah cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan studi dan penerapan teknologi pencitraan seperti x-ray dan radiasi untuk mendiagnosa dan mengobati penyakit.
Ahli radiologi langsung sebuah array dari teknologi pencitraan (seperti USG, computed tomography (CT), kedokteran nuklir, tomografi emisi positron (PET) dan pencitraan resonansi magnetik (MRI)) untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit. Radiologi intervensi adalah kinerja (biasanya minimal invasif) prosedur medis dengan bimbingan teknologi pencitraan. Akuisisi pencitraan medis biasanya dilakukan oleh ahli radiografi atau teknolog radiologis.
Modalitas pencitraan berikut digunakan dalam bidang radiologi diagnostik:

Proyeksi (polos) radiografi

Radiografi (atau Roentgenographs, dinamai penemu sinar-X, Wilhelm Conrad Röntgen) yang diproduksi oleh transmisi X-Rays melalui pasien ke perangkat menangkap kemudian diubah menjadi gambar untuk diagnosis. Pencitraan asli dan masih sering memproduksi film diresapi perak. Dalam Film - Layar radiografi tabung x-ray menghasilkan sinar x-ray yang bertujuan untuk pasien. X-sinar yang melewati pasien disaring untuk mengurangi tersebar dan kebisingan dan kemudian menyerang sebuah film yang belum dikembangkan, memegang erat-erat ke layar fosfor memancarkan cahaya dalam sebuah kaset cahaya-ketat. Film ini kemudian dikembangkan kimia dan gambar muncul di film. Sekarang menggantikan Film radiografi-Screen Digital Radiografi, DR, di mana x-ray mogok sepiring sensor yang kemudian mengubah sinyal yang dihasilkan menjadi informasi digital dan sebuah gambar pada layar komputer.
Radiografi polos adalah modalitas pencitraan hanya tersedia selama 50 tahun pertama radiologi. Hal ini masih studi pertama memerintahkan dalam evaluasi paru-paru, jantung dan tulang karena lebar kecepatan, ketersediaan dan biaya relatif rendah.

sumber: http://www.news-medical.net/health/What-is-Radiology-%28Indonesian%29.aspx